Site icon Landbank.co.id

Knight Frank: Serapan Lahan Industri Positif

Knight Frank Indonesia menilai bahwa performa serapan lahan industri masih terbilang positif pada paruh pertama tahun 2025, meski tidak sebaik seperti tahun lalu/foto: landbank.co.id

Jakarta, landbank.co.id– Knight Frank Indonesia menilai bahwa performa serapan lahan industri masih terbilang positif pada paruh pertama tahun 2025, meski tidak sebaik seperti tahun lalu.

Disrupsi rantai pasokan akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dan penetapan tarif Trump menjadi tantangan yang nyata, sekaligus membuka peluang negara-negara di Asia untuk mendapatkan kesempatan relokasi industri, peluang ini juga terbuka untuk Indonesia.

“Serapan lahan kawasan industri masih menunjukan tren positif, meski tidak sekuat tahun 2024. Kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Trump menjadi alarm bagi sektor industri, namun sekaligus membuka peluang untuk memanfaatkan pergeseran rantai pasokan global,” tutur Willson Kalip, country head Knight Frank Indonesia dikutip Minggu, 14 September 2025.

Tahun 2025, kendaraan listrik dan terkait (EV-related) menjadi sektor potensial yang menyerap lahan di koridor timur Jakarta.

Kondisi ini merupakan kelanjutan dari investasi China dan Vietnam yang dieksekusi sejak tahun lalu.

Seiring dengan itu, pada saat yang sama kita menyaksikan koridor barat turut menggeliat dengan dominasi serapan lahan untuk sektor tekstil.

Baca juga: Selain Data Center, Sejumlah Industri Ini Memegang Peran Kunci

“Manisnya pertumbuhan industri electric vehicle, diharapkan juga meluas ke pertumbuhan industri lainnya, seperti data center, electronic, dan textile, sehingga ragam kegiatan industri dapat menjadi engine generator yang tangguh untuk pertumbuhan ekonomi ke depan,” ujar Willson.

Sementara itu sektor data center, meski tetap positif dalam menyerap lahan, namun di awal tahun ini cenderung melemah jika dibandingkan serapannya dalam tiga tahun terakhir.

“Terkait aksi demonstrasi, saat ini diperkirakan investor akan terus memantau upaya Pemerintah dalam memberikan jaminan keamanan dan menjaga kestabilan politik,” kata Syarifah Syaukat, senior research advisor Knight Frank Indonesia.

Sementara itu, untuk jangka panjang, prospek Indonesia masih sangat potensial sebagai destinasi ekspansi industri, jika dapat membangun iklim investasi yang kondusif dan menjaga kepercayaan investor.

Syarifah menerangkan, total stok kawasan industri di Greater Jakarta dan sekitarnya bertambah, saat ini tercatat sekitar 15.850 hektare (ha).

“Lalu, total serapan lahan pada semester pertama 2025 sekitar 125,8 hektare,” kata Syarifah.

Baca juga: Data Center Pelanggan Utama Lahan Industri Puradelta Lestari

Menurut dia, Karawang, Cilegon-Serang disusul dengan Bekasi menjadi submarket yang potensial saat ini.

Di sisi lain, harga masih relatif stabil, meski submarket Karawang dan Tangerang menunjukan penyesuaian harga.

EV-related menjadi occupier yang paling aktif di awal tahun 2025, melanjutkan performanya pada akhir tahun lalu,” jelas dia.

 

Data Center

Sementara itu, antrean pelaku bisnis data center untuk membeli lahan masih kelihatan sepanjang semester pertama 2025.

Sinyal itu dilemparkan oleh manajemen PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) yang mengaku mayoritas pemesan lahan datang dari pebisnis data center.

PT Puradelta Lestari Tbk, pengembang dan pengelola kawasan terpadu modern berbasis industri Kota Deltamas, menyatakan bahwa pihaknya mencapai prapenjualan sebesar Rp580 miliar pada semester pertama tahun 2025.

Baca juga: Antrean Pelaku Data Center Beli Lahan Masih Kelihatan

“Prapenjualan pada semester pertama tahun 2025 telah dicapai Perseroan sekitar 32 persen dari target tahun ini,” ujar Tondy Suwanto, direktur dan sekretaris Perusahaan PT Puradelta Lestari Tbk dikutip Jumat, 12 September 2025.

“Capaian prapenjualan pada periode ini didominasi oleh sektor industri data center dan FMCG dengan kontribusi sebesar 69 persen pada sektor data center,” tutur dia.

Tondy Suwanto mengatakan bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi global, masih terdapat permintaan lahan industri DMAS yang cukup tinggi.

“Ada permintaan lahan industri sekitar 75 hektare dengan komposisi lebih dari separuhnya berasal dari sektor data center,” paparnya.

Baca juga: Kota Deltamas Alokasikan 300 Hektare untuk Kawasan Data Center Park

Terpisah, Direktur Kebijakan dan Strategi Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi Denny Setiawan pernah mengatakan bahwa di lihat dari lokasinya, pembangunan pusat data baru saat ini perlu diarahkan agar tersebar di wilayah Barat, Tengah, dan Timur Indonesia, tidak hanya terpusat di Batam dan Jakarta atau Cikarang.

Lokasi ideal sebaiknya berada dekat dengan titik pendaratan sistem komunikasi kabel laut (SKKL) untuk meminimalisasi latensi data. Meskipun PLN memiliki kelebihan pasokan listrik, tarif listrik untuk pusat data juga masih tergolong masuk kategori bisnis, bukan industri.

(*)

Exit mobile version