Jakarta, landbank.co.id– Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI), Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara) dinilai kebanjiran peminat. Nilai investasi di proyek ini ditaksir US$132 miliar.
Peresmian groundbreaking Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di Tanah Kuning, Bulungan, Kalimantan Utara dilakukan 21 Desember 2021 oleh Presiden Joko Widodo.
“Saat ini banyak tenant atau investor yang akan mengisi KIHI (Kawasan Industri Hijau Indonesia), dan salah satunya akan memproduksi aluminium ingot 500 ribu ton per tahun pada 2025 nanti,” kata Gubernur Kaltara Zainal A Paliwang, di Tanjung Selor, dikutip Antara, Kamis, 7 September 2023.
Zainal A Paliwang menyatakan, pengelola KIHI tengah melakukan berbagai kegiatan di lapangan, antara lain pematangan lahan, mobilisasi peralatan, bahkan ada yang mulai tahap konstruksi.
KIHI Tanah Kuning merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan target luas pengembangan mencapai 30.000 hektare. Terdapat tiga perusahaan pengelola KIHI.
Investasi yang akan difasilitasi di kawasan industri ini, antara lain pemurnian dan pengolahan mineral, pergudangan, properti, perdagangan, dan komersial.
Tahap awal, lahan yang dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan industri ini seluas 10.100 hektare dengan pasokan listrik dari PLTA Mentarang Induk (Malinau) yang tengah tahap persiapan konstruksi oleh perusahaan konsorsium Indonesia dan Malaysia.
PSN KIHI Tanah Kuning dibangun dengan nilai investasi US$132 miliar. Cakupannya adalah pabrik petrokimia yang diproyeksikan menjadi pabrik petrokimia terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 4×16 juta ton per tahun.
Selanjutnya, pembangunan smelter alumina berkapasitas tiga juta ton, pabrik besi dan baja (iron and steel) dengan kapasitas lima juta ton per tahun, pabrik baterai kendaraan listrik maupun pembangkit berbasis energi baru terbarukan berkapasitas 265 giga watt hour (GWh), dan polycrystalline silicon dengan kapasitas 1,4 juta ton.
Produksi pertama smelter aluminium akan dilaksanakan pada semester pertama 2025 dengan produk aluminium ingot batangan tahap awal sebanyak 500 ribu ton per tahun, dan akan mencapai tiga juta ton per tahun pada tahap akhir.
(*)