Jakarta, landbank.co.id- Sebanyak 97 warga negara Indonesia atau WNI dievakuasi dari Iran di tengah konflik serangan-serangan udara dari Israel.
Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Sugiono, hingga Minggu, 22 Juni 2025, sebanyak 97 WNI dalam tahap evakuasi dan telah melewati perbatasan Iran-Azerbaijan.
Mereka terdiri atas 93 WNI, kemudian 3 staf kedutaan, dan 1 warga negara asing (warga negara Iran yang merupakan pasangan dari WNI).
“Alhamdulillah (mereka) sudah melewati perbatasan Iran-Azerbaijan, dan sekarang sedang beristirahat di Baku,” ujar Menlu Sugiono dilansir laman Kemenlu.
Menlu menjelaskan, perjalanan yang mereka tempuh sekitar 16 jam, namun berjalan cukup aman dan cukup lancar, mengingat situasi perbatasan juga yang sedikit agak ramai daripada biasanya.
“Kemudian dalam waktu yang bersamaan juga, kita telah berhasil mengevakuasi 4 orang WNI dari Israel melalui Jordan.
Baca juga: Begini Isi MoU 12 Kesepakatan Indonesia Prancis
“Jadi kondisi semuanya dalam keadaan baik, sementara kita juga masih terus melakukan komunikasi dengan warga negara kita yang lain, dan saya akan memonitor terus proses evakuasi ini. Alhamdulillah sampai sejauh ini, tahap pertama yang kita lakukan berjalan dengan baik,” papar Menlu Sugiono.
Terpisah, salah seorang WNI yang ikut evakuasi dari Iran, yakni Sayyida menceritakan bahwa dirinya telah tiba di Baku, Azerbaijan.
Perempuan muda yang tinggal di Teheran, ibu kota Iran itu menceritakan bagaimana kondisi Iran. Dia mendengar suara ledakan hampir tiap hari di Iran. Ada ledakan pagi, siang, dan paling banyak saat malam hari.
“Saya ingin dievakuasi, saat ini sudah di Baku, Azerbaijan. Insyaallah Senin,23 Juni 2025 atau Selasa, 24 Juni 2025 sudah tiba di Indonesia. Alhamdulilah saya sehat,” tutur Sayyida dikutip dari tayangan youtube Kompas TV, Minggu, 22 Juni 2025 .
Sayyida menceritakan, dia mendatangani kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran, Iran. Lalu, ia didata dan dibantu staf KBRI.
“KBRI sangat melayani, sangat membantu. Bahkkan, Duta Besar Indonesia juga sangat membantu. Terimakasih bantuannya,” ujar Sayyida.
Baca juga: Pernyataan Lengkap Prabowo dan Putin, Terselip Soal Smart City
Dia menambahkan, perjalanan dari Teheran ke Baku kalau dalam kondisi normal tidak berjam-jam, tapi karena banyak pemeriksaan jadi lama.
“Kami berharap dukungan dan doa dari saudara-saudara sekalian agar proses evakuasi saudara-saudara kita bisa berjalan dengan lancar, dan situasi ini segera mereda. Ada keinginan dan kebijaksanaan untuk bisa membawa ketegangan konflik ini ke meja perundingan,” ujar Menlu Sugiono.
KTM OKI
Sementara itu, Menlu Sugiono mengatakan, dirinya berada di Istanbul untuk mengikuti Konferensi Tingkat Menteri (KTM) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) ke-51, yang salah satu agendanya adalah akan membahas tentang situasi di Iran.
“OKI harus lebih keras dan tegas memperkuat multilateralisme dan hukum internasional,” desak Menlu Sugiono di depan Konferensi Tingkat Menlu (KTM) ke-51 OKI di Istanbul, Sabtu, 21 Juni 2025.
Pernyataan ini disampaikan Sugiono di tengah situasi global terus memanas, khususnya dengan kekerasan Israel yang terus berlanjut termasuk serangan baru-baru ini terhadap Iran.
Sejumlah saran mendesak disampaikan Menlu kepada OKI, antara lain perlunya mengintensifkan upaya diplomasi dan politis; desakan untuk pengakuan untuk Palestina yang lebih luas; dan pentingnya OKI bersatu dalam mereformasi sistem multilateral.
“Sebagai organisasi negara-negara Global South, OKI tidak boleh lelah dalam mendorong tata dunia yang lebih adil dan inklusif” papar Menlu.
Menlu Sugiono juga kembali mengutuk serangan Israel ke Iran, dan mendesak pihak-pihak terkait untuk menahan diri dan tidak menyerah dalam berdiplomasi.
Baca juga: Ketemu PM Singapura, Prabowo Bakal Kebut Pembangunan Rumah
Mengingat beragamnya tantangan multilateral, Menlu mendesak OKI mengedepankan kolaborasi dan solidaritas, serta mempertahankan relevansi OKI di dunia yang terus berubah.
“Hentikan konflik antara-anggota, selesaikan perbedaan pandangan” desak menlu.
Dia menegaskan bahwa tanpa persatuan, solidaritas dan semangat bertindak nyata, suara OKI tidak akan pernah didengar.
Pada KTM ini, Menlu juga mendorong diperkuatnya kerja sama ekonomi dan pembangunan antar sesama negara OKI, khususnya dalam perdagangan, pendidikan, sains, dan hilirisasi sumber daya alam.
KTM ke-51 OKI diketuai Menlu Turki, Hakan Fidan, selaku tuan rumah. Konferensi tahunan tersebut dihadiri 50 delegasi negara anggota OKI. Banyak delegasi hadir dipimpin menteri luar negeri seperti Arab Saudi, Azerbaijan, Jordania, Malaysia, Mesir dan Pakistan.
Di sela konferensi, Menlu juga bertemu Menlu Azerbaijan, guna membicarakan penguatan hubungan bilateral dan kerja sama dalam kerangka OKI.
Kehadiran Menlu RI adalah bukti kontribusi Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dalam membantu menyelesaikan tantangan global dan umat Islam. Indonesia adalah salah satu negara pendiri OKI pada 1969.
(*)