Jakarta, landbank.co.id– Kota Jakarta bakal dapat tambahan 1.403 kamar hotel berbintang dalam rentang tahun 2025 hingga 2028.
Mengutip data Colliers Indonesia, tambahan kamar baru itu datang dari delapan hotel, mayoritas berasal dari hotel bintang empat.
Hotel bintang empat menyumbang sebanyak 912 kamar atau setara dengan sekitar 65 persen dari total kamar yang akan menggerojok Jakarta.
Penyumbang kedua terbesar datang dari hotel bintang lima yakni sebanyak 381 kamar setara sekitar 27 persen.
Lalu, hotel bintang tiga, yakni sebanyak 110 kamar atau setara dengan sekitar 8 persen.
“Supply terbaru pada 2025 adalah Artotel Hub Simpang Temu di Jakarta pusat dengan kapasitas 90 kamar,” dilansir riset Colliers Indonesia.
Baca juga: Investor Lokal Guyur Bisnis Hotel dan Restoran Rp7,57 Triliun
Sebagaimana diberitakan landbank.co.id, hotel besutan kolaborasi Artotel Group bersama MRT Jakarta ini resmi beroperasi terhitung mulai Rabu, 7 Mei 2025.
“Hotel Artotel Hub Simpang Temu merupakan pencapaian yang luar biasa bagi Artotel Group karena dapat berkolaborasi dengan perusahaan transportasi dari Pemerintah Provinsi Jakarta, MRT, yang ingin menyediakan akomodasi terpadu untuk para pelanggannya,” ujar Erastus Radjimin, founder & chief executive officer (CEO) Artotel Group dalam keterangan tertulisnya kepada landbank.co.id, belum lama ini.
Dia meyakini bahwa hotel ini akan menjadi suatu destinasi baru bagi masyarakat Jakarta dan sekitarnya yang ingin transit atau sekadar bertemu dengan kolega di tempat yang mudah dijangkau akses transportasi publik.
Hotel berkapasitas 90 kamar ini juga diyakini akan menjadi icon baru di pusat kota Jakarta karena konsep seni dan gaya hidup masa kini yang diusung sebagai ciri khas dari jaringan hotel Artotel.
“Selain itu, kami juga memberikan fasilitas kamar yang melebihi dari hotel transit pada umumnya, seperti tersedianya fasilitas setrika, hair dryer, welcome mini bar secara gratis, mesin kopi instan, dan yang pastinya kamar dengan pemandangan city view kota Jakarta,” papar Erastus.
Artotel Hub Simpang Temu – Jakarta terletak di lantai 9 hingga 12 Gedung mixed-use Transport Hub yang merupakan bagian kawasan berorientasi transit Dukuh Atas.
Baca juga: Hotel Baru Berdatangan, Jakarta Masih Menghadapi Tantangan
Beralamat di Jl. Juana No.37, Dukuh Atas, Jakarta Pusat, hotel ini memiliki 90 kamar dengan 3 tipe kamar, yaitu Studio 23, Studio 28, dan Studio 33.
Di samping itu juga terdapat fasilitas pendukung, seperti 3 meetspace, eatspace, dan The Platform Rooftop bar dengan pemandangan city view Jakarta.
Pada 2024, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, terdapat 496 hotel bintang yang beroperasi di DKI Jakarta.
Dari jumlah tersebut sebagian besar merupakan hotel bintang tiga yaitu sebanyak 176 hotel.
Jumlah hotel terbanyak berikutnya adalah hotel bintang dua dan bintang empat yaitu masing-masing sebanyak 142 unit dan 88 unit.
Jumlah hotel bintang satu dan bintang lima merupakan yang terendah yaitu masing-masing sebanyak 53 unit dan 37 unit.
Tahun 2024, jumlah kamar hotel berbintang di DKI Jakarta secara total mencapai 73.255 kamar.
Baca juga: Tiga Hotel Berbintang Siap-siap Masuk Jakarta
Masih mengutip data BPS DKI Jakarta, klasifikasi hotel bintang dengan jumlah kamar terbanyak adalah hotel bintang dua dengan 21.089 kamar.
Posisi kedua ditempati oleh hotel bintang tiga dengan jumlah kamar tersedia sebanyak 19.280 kamar, diikuti hotel bintang empat sebanyak 18.216 kamar. Diposisi selanjutnya adalah hotel bintang lima dan bintang satu dengan jumlah kamar tersedia masing-masing sebanyak 11.571 kamar dan 3.099 kamar.
Pasar Alternatif
Sementara itu, Ferry Salanto, head of Research Colliers Indonesia, mengatakan bahwa sebagai dampak dari kebijakan efisiensi ini, para pelaku industri perhotelan juga harus efisien, menyesuaikan diri dengan kondisi pasar.
“Namun, diperkirakan kinerja hotel di Jakarta akan kembali normal pada pertengahan Juni, mengingat bulan April dan Mei dipenuhi oleh hari libur nasional yang dapat mengganggu aktivitas bisnis,” kata dia dikutip Jumat, 4 Juli 2025.
Baca juga: Ada Artotel Hub Simpang Temu di TOD Dukuh Atas
Kinerja hotel di Bali juga diperkirakan membaik pada kuartal kedua. Namun, kebijakan efisiensi dan menurunnya daya beli masyarakat perlu menjadi perhatian.
Tiket pesawat domestik, yang sering kali lebih mahal dibandingkan tiket internasional, dapat mengurangi minat wisatawan domestik untuk berlibur.
Pelaku industri perhotelan harus mencari pasar alternatif selain pasar pemerintah, karena belum ada tanda-tanda pelonggaran kebijakan efisiensi dari pemerintah. Jika kondisi ini terus berlanjut, peningkatan kinerja pada kuartal kedua mungkin tidak akan signifikan, sehingga semakin mempersulit para pelaku industri perhotelan pada masa mendatang.
(*)