Jakarta, landbank.co.id– Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, saat ini yang menjadi tantangan dalam mengoptimalkan serapan sektor perumahan adalah nominal angsuran yang dinilai terlalu tinggi.
Sehingga, kata dia, perlu ada inovasi produk dan juga skema pembiayaan yang murah agar bisa menekan beban angsuran dari konsumen. Ujungnya, permintaan masyarakat untuk membeli rumah akan meningkat.
“Intinya kalau buat pembeli rumah, yang penting cicilannya. Kita lagi berinovasi supaya tenor lebih panjang, cicilannya bisa Rp1 juta,” ujar Wamen BUMN dilansir laman PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN).
Pernyataan itu dilontarkan Kartika usai dalam Rangka Mendukung Program Tiga Juta Rumah ke proyek Samesta Pasadana besutan Perum Perumnas di Kabupaten Bandung, Rabu, 27 Agustus 2025.
Dia menyatakan, jika angsuran kepemilikan rumah melebihi angka rata-rata 30 persen penghasilan masyarakat menengah ke bawah, akan menyulitkan masyarakat untuk merealisasikan pembelian rumah.
“Karena kan kita tahu kalau dari daya beli misalnya orang punya penghasilan Rp5 juta gitu kan [perhitungan] bank itu kan 30% maksimum [pengjasilan untuk cicilan], kan Rp1,5 juta. Artinya untuk kalau kita mau menjangkau lebih panjang penghasilan Rp4 juta, ya memang harus tenornya diperpanjang,” jelasnya.
Baca juga: Ada Upaya Menurunkan Angsuran Rumah
Dia mengatakan, dua sisi harus disentuh, yakni efisiensi harga rumah dan juga pembiayaan harus lebih disesuaikan dengan profil nasabah saat ini.
“Supply-nya kita coba agar seefisien mungkin supaya masuk di harga yang tepat, tapi juga dari sisi pembiayaannya kita bikin supaya lebih panjang dengan hitungan baik melalui FLPP maupun subsidi bunga,” jelasnya.
Sementara itu, ia juga memastikan secara perlahan harga rumah subsidi juga akan disesuaikan dengan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan menengah agar kesenjangannya tidak terlalu jauh.
“Yang memang kita harap kan memang nanti pelan-pelan juga harga subsidi ini juga harus naik juga pelan-pelan ya. Karena kan yang subsidi sekarang Rp166 juta. Itu kita juga lagi usulkan ya supaya agak ada penyesuaian karena memang secara nilai material, bahan baku, segala macam memang sudah enggak memadai,” kata Kartika.
Baca juga: Mayoritas Pembeli Rumah Subsidi Pilih Angsuran di Bawah Rp1,5 Juta
Sehingga nantinya, jelas dia, antara rumah bersubsidi dan rumah berpenghasilan menengah kualitasnya tidak terlalu jauh berbeda.
Angsuran Rumah
Sementara itu, Kartika menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung BTN untuk menggodok aturan dan strategi agar mendongkrak kinerja kredit pemilikan rumah (KPR) untuk masyarakat menengah dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar lebih baik lagi.
Besaran angsuran rumah subsidi berpeluang turun berkisar Rp100-200 ribu per bulan guna meningkatkan kesempatan masyarakat memiliki hunian.
Isyarat penurunan angsuran rumah itu selaras dengan pernyataan Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN), Nixon LP Napitupulu yang menyatakan bahwa pihaknya tengah berupaya untuk mendongkrak dari sisi permintaan untuk kredit pemilikan rumah (KPR).
Caranya, jelas Nixon, dengan skema menurunkan angsuran rumah per bulan dibarengi dengan menyesuaikan kembali tenor angsuran.
“Tenornya kita panjangin, 20-30. Untuk kita [angsuran] bisa turun Rp100.000, Rp200.000 per bulan. Dan itu buat masyarakat bawah itu, kan sesuatu banget dengan angsuran rumah yang turun sejauh itu. Sehingga dengan cara itu kita bisa harapkan penjualan bisa naik, itu yang lagi kita kerjakan,” papar dia dilansir laman BTN.
Baca juga: Mereka Pertegas Komitmen Pembiayaan Rumah Subsidi
Selain itu, jelas dia, pihaknya juga tengah berupaya untuk memangkas biaya-biaya di depan yang ditanggung konsumen saat melakukan proses KPR.
“Sehingga di luar DP (down payment/uang muka) sudah turun banget gitu ya. Tapi, masih ada biaya-biaya lain yang kita mau coba kecilin lagi supaya biaya awalnya enggak terlalu berat atau itu bisa diangsur juga,” tutur Nixon.
(*)