IAP Jakarta Tetapkan Ketua Baru, Soroti Tantangan Jakarta Menuju Kota Global

IAP Jakarta menetapkan Meyriana Kesuma sebagai ketua baru dalam Kongres Daerah 2025. Forum ini menyoroti isu banjir hingga kualitas hidup./Foto: dok. IAP Jakarta.

Jakarta, landbank.co.id – Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Jakarta menggelar Kongres Daerah IAP Jakarta 2025 yang menjadi momentum penting bagi arah perencanaan ibu kota menjelang usia 500 tahun Jakarta pada 2027.

Dalam forum yang berlangsung di Auditorium Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat, Selasa (16/11), IAP Jakarta secara resmi menetapkan Meyriana Kesuma sebagai Ketua IAP Jakarta periode 2025–2028.

Bacaan Lainnya

Kongres Daerah IAP Jakarta 2025 tidak hanya menjadi ajang pergantian kepemimpinan organisasi profesi perencana kota, tetapi juga wadah diskusi strategis melalui talkshow bertajuk “Jakarta 500: Planning the Global Future”.

Tema ini menyoroti tantangan dan peluang Jakarta dalam mewujudkan visinya sebagai kota global yang berakar pada sejarah, budaya, dan inovasi.

Meyriana Kesuma merupakan praktisi sekaligus pengajar pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota–Real Estate Universitas Tarumanegara.

Dengan pengalaman panjang sebagai perencana kota, Meyriana mencatatkan sejarah sebagai perempuan pertama yang dipercaya memimpin asosiasi profesi perencana terbesar di Jakarta.

Acara dibuka oleh Vera Revina Sari, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta. Dalam sambutannya, Vera menilai tema kongres sangat relevan dengan arah pembangunan Jakarta yang tengah bertransformasi menuju kota global.

“Saya berharap kongres ini menjadi ruang kolaborasi para perencana, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan untuk bertukar gagasan dan inovasi perencanaan yang berkelanjutan dalam mewujudkan Jakarta sebagai salah satu poros kota global,” tegasnya.

Tantangan Jakarta Menuju Kota Global

Dalam diskusi, Hendricus Andy Simarmata, Senior Planner IAP, memaparkan data Global Cities Index 2024 dari Oxford Economics yang menempatkan Jakarta di peringkat 284 dunia. Menurutnya, skor Jakarta masih tergolong rendah, terutama pada aspek quality of life dan lingkungan.

Untuk itu, Andy menekankan perlunya strategi terpadu melalui tiga tahapan utama, yakni dietary, diplomasi, dan institusionalisasi. Program dietary mencakup pembagian peran kawasan Jakarta dengan wilayah sekitarnya, penguatan transportasi publik, pengurangan ketergantungan kendaraan pribadi, hingga pembangunan infrastruktur dasar seperti sistem sanitasi, perumahan terjangkau, dan ruang terbuka hijau.

Sementara itu, program diplomasi diarahkan pada penguatan peran Jakarta dalam komunitas global, penyelenggaraan event internasional, program sister city, serta penguatan city branding sebagai kota terbuka dan berbudaya.

Adapun institusionalisasi menuntut penjabaran visi kota global ke dalam kebijakan tata ruang, regulasi pembangunan, serta kolaborasi lintas sektor, termasuk dunia usaha, pendidikan, dan generasi muda.

Pos terkait