Hunian Vertikal Jadi Daya Tarik Konsumen Modern di Barat Jakarta, Tiga Faktor Ini Jadi Penyebabnya
Para konsumen bisa mendapatkan dengan harga tersebut untuk luasan di segmen ini adalah direntang 50 m2 hingga 133 m2.
Di sisi lain, untuk segmen middle up, saat ini dibanderol dengan harga Rp22 juta per merter untuk luas 43 m2-294 meter persegi. Adapun segmen middle 21 m2-92 m2 memasang harga Rp16-22 juta/m2.
Selain itu, untuk middle low yang seluas 23 m2 hingga 87 m2 dibanderol kurang dari Rp16 juta/m2.
“Saat ini, di Tangerang mayoritas kondominium adalah di segmen middle, yakni sekitar 60,9% dari total pasokan yang secara kumulatif sebanyak 121.372 unit,” jelas Hendra.
Sementara itu, Alvin Andronicus, chief marketing officer (CMO) Elevee Condominium, mengatakan, saat ini, masyarakatgandrung tinggal di tempat yang sudah lengkap dan aksestransportasi bagus, serta fasilitas yang lengkap.
“Alam Suterayang dikembangkan sejak lama dengan luas lahan 800 hektaresudah memiliki fasilitas lengkap,” ujar dia.
Kini, tambahnya, tren orang tinggal di tempat baru denganfasilitas lengkap, serta kawasan yang back to nature atau alamiserta transportasi yang mudah terjangkau. “EleveeCondominium luasannya seperti rumah tapak dan terletak di kawasan yang sudah lengkap. Alam Sutera sejak awal dibangunmengusung konsep hijau alami (nature green living),” paparnya.
Elevee Condominium adalah hunian vertikal yang dilengkapidengan beragam fasilitas untuk kebutuhan penghuninya, termasuk forest park seluas 4 hektare.
Alvin menambahkan, selaku developer, Alam Suteramenerapkan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik(environment, social, and governance/ESG), yakni bisnisbertanggung jawab yang tidak merusak lingkungan.
”Masyarakat juga gandrung dengan pembangunan yang berkelanjutan seiring prinsip reduce, reuse, dan recycle. Tidakmerusak alam,” papar Alvin.
Konsumen Aware dengan Proyek Berkelanjutan
Di sisi lain, penerapan ESG atau konsep pembangunan berkelanjutanberbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola merupakan tiga pilarpenting dalam menilai performa bisnis properti saat ini. Olehkarenanya, sudah menjadi keharusan untuk diaplikasikan.
ESG digunakan sebagai indikator pelaporan aktivitas nofinansialdari suatu produk yang diinvestasikan (pengembangan properti).
Dalam beberapa tahun terakhir, penerapan ESG sudah menjadifokus pengembang properti di Tanah Air seiring dengan trenkonsumen yang mengarah kepada produk berkelanjutan.
Adriadi Dimastanto, Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia mengatakan, pasar terbesar danpotensial dalam sebuah proyek properti adalah Gen Z danmilenial. Segmen ini, kata dia, sangat tertarik dan peduli (aware) terhadap produk properti yang mengedepankan keberlanjutan.
“Mereka cukup detail dalam melihat fasilitas-fasilitas yang adadi sekitar proyek properti seperti ruang terbuka hijau, ruanginteraksi, sarana olahraga untuk jogging dan lainnya,” kata Adriadi Dimastanto.
Menurut dia, saat ini pengembang properti sudah sangat concerndengan apa yang diinginkan masyarakat terkait kebutuhantempat tinggal yang berkelanjutan.
Adriadi menambahkan, saat ini penerapan prinsip ESG bermanfaat untuk nilai investasi.
“Dalam pengembanganproperti berprinsip ESG, selain memberikan kelestarianlingkungan dan tata kelola yang baik, juga memberikan manfaatekonomi,” tuturnya.
Adriadi mengakui bahwa pengembangan properti skala kotayang menerapkan prinsip ESG membutuhkan dana yang taksedikit.
Meski demikian, kata dia, prinsip ini akan berdampak padapenjualan pengembang dan bermanfaat untuk konsumen.
“Seperti Alam Sutera sudah sangat advance dalampengembangannya, dan ini perlu pendanaan besar dalampengembangannya. Dan sekali lagi saya tegaskan ujungnyaselain konsep suistainble development yang dikembangkannya, konsumen pun diuntungkan karena nilai properti akan terusnaik,” tegasnya.
(*)