Harga Emas Tertekan Usai The Fed Tahan Suku Bunga, Pasar Tunda Ekspektasi Pemangkasan Hingga Akhir Tahun

Potret emas batangan dengan latar belakang chart./Foto: Istockphoto.

Jakarta, landbank.co.id – Harga emas global melemah signifikan setelah Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan terbarunya.

Tekanan terhadap logam mulia semakin dalam menyusul rilis data ekonomi AS yang tetap solid, mendorong pasar untuk menunda ekspektasi penurunan suku bunga hingga akhir 2025.

Bacaan Lainnya

Menurut analis pasar dari Foreximf.com, keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi menunjukkan keyakinan terhadap kekuatan ekonomi AS yang masih tangguh di tengah tekanan inflasi yang belum sepenuhnya mereda.

“Kondisi ini membuat emas, yang tidak menawarkan imbal hasil, kehilangan daya tarik di mata investor. Terlebih ketika ekspektasi penurunan suku bunga mundur ke akhir tahun, tekanan terhadap harga emas semakin besar,” ujar Market Analyst Foreximf.com dalam keterangannya, dikutip Jumat, 1 Agustus 2025.

Kuatnya Data Ekonomi AS Hambat Reli Emas

Rilis data ketenagakerjaan dan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang solid memberikan sinyal bahwa Federal Reserve masih memiliki ruang untuk menahan suku bunga lebih lama. Hal ini memukul sentimen investor terhadap aset lindung nilai seperti emas.

Harga emas spot tercatat turun hingga mendekati level psikologis US$2.300 per troy ounce, melanjutkan pelemahan dari pekan sebelumnya. Sementara itu, emas berjangka di bursa COMEX juga mengalami penurunan signifikan di tengah penguatan imbal hasil obligasi AS dan nilai tukar Dolar AS.

Penurunan Suku Bunga Tertunda, Tekanan Terhadap Logam Mulia Berlanjut

Pasar sebelumnya mengantisipasi adanya penurunan suku bunga oleh The Fed pada kuartal ketiga tahun ini. Namun dengan indikator ekonomi yang masih kuat, para pelaku pasar kini memproyeksikan bahwa langkah pelonggaran moneter baru akan dilakukan menjelang akhir tahun.

Suku bunga tinggi cenderung menekan permintaan emas karena meningkatkan opportunity cost dalam memegang aset non-yielding seperti logam mulia.

Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung lebih memilih aset dengan imbal hasil tetap yang lebih menarik.

(*)

Pos terkait