Jakarta, landbank.co.id-Harga Emas (XAU/USD) kembali menunjukkan performa kuat pada Selasa (22/7), memperpanjang reli-nya menjadi dua hari berturut-turut dengan kenaikan lebih dari 0,9 persen.
Pelemahan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) membuat Dolar AS melemah, sehingga dana mengalir ke aset safe haven seperti emas sehingga berpengaruh terhadap harga emas.
Menurut Andy Nugraha, analis Dupoin Futures Indonesia, pada saat berita ini ditulis harga emas berada di level US$3.427 per ounce, setelah sempat menyentuh titik terendah harian di US$3.383.
Dari sisi teknikal, grafik XAU/USD memperlihatkan pola candlestick yang didukung indikator Moving Average, dan Dupoin menilai tren bearish masih mendominasi.
“Kalau tekanan jual ini berlanjut, XAU/USD punya potensi turun hingga ke level US$3.363,” kata Andy.
Namun, jika harga gagal menembus support tersebut dan justru berbalik naik, target kenaikan terdekat ada di kisaran US$3.414.
Baca juga: Harga Emas dalam Tren Bullish Menuju US$3.364
Pergerakan pada Rabu, 23 Juli 2025 sempat membuat emas terkoreksi moderat ketika pasar menimbang dampak kesepakatan dagang Amerika Serikat–Jepang.
Pada Kamis, 24 Juli 2025, XAU/USD berada di sekitar US$3.386, turun dari rekor tertingginya karena sentimen risiko sempat membaik.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan besar dengan Jepang—mengurangi tarif timbal balik menjadi 15 persen dari 25 persen, investasi Jepang senilai US$550 miliar, dan akses pasar yang lebih luas untuk produk pertanian dan otomotif AS.
Berita ini menenangkan kekhawatiran soal perang dagang untuk sementara.
Baca juga: Harga Emas Berpeluang Menguji Level Resistance Ini
Meski begitu, fondasi penguatan emas masih solid. Tenggat waktu 1 Agustus untuk negosiasi tarif UE–AS makin dekat, sementara pembicaraan dagang Uni Eropa dan Amerika Serikat belum menemui titik temu.
Jika kesepakatan gagal tercapai, AS bisa mengenakan tarif hingga 30 persen pada barang impor UE, yang tentu memicu langkah balasan di sektor layanan digital dan dirgantara.
Di sisi lain, data Penjualan Rumah Lama AS per Juni menunjukkan penurunan menjadi 3,93 juta unit per tahun, lebih rendah dari perkiraan 4,01 juta unit.
Hal ini menandakan dampak negatif suku bunga hipotek tinggi pada pasar properti dan berpeluang memengaruhi kebijakan The Fed.
Dengan segala dinamika ini, Andy Nugraha menyarankan agar trader memantau imbal hasil obligasi AS, perkembangan negosiasi dagang, serta data ekonomi makro.
Baca juga: Harga Emas Antam Merosot Rp25.000 Kamis, 24 Juli 2025 Pagi
Level kunci yang harus diperhatikan adalah US$3.363 sebagai support dan US$3.414 sebagai resistance.
Pergerakan di luar rentang tersebut akan jadi indikator arah selanjutnya bagi harga emas.
(*)