Jakarta, landbank.co.id – Harga emas dunia terus bergerak naik didorong melemahnya pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) serta meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) segera menurunkan suku bunga.
Pada perdagangan Kamis (4/8), logam mulia ini sempat berada di kisaran $3.450 per troy ounce dan diperkirakan masih berpeluang menembus rekor baru.
Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai tren emas saat ini masih menunjukkan arah bullish. Ia menjelaskan bahwa pola candlestick dan indikator Moving Average memberikan sinyal penguatan solid.
“Jika momentum ini berlanjut, emas berpotensi menuju $3.600 per troy ounce. Namun, bila koreksi terjadi, area $3.527 akan menjadi titik support penting,” jelasnya dikutip Kamis, 4 September 2025.
Kenaikan harga emas turut ditopang oleh rilis data ekonomi AS yang melemah. Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) mencatat penurunan signifikan jumlah lowongan pekerjaan.
Meskipun pesanan pabrik sedikit meningkat, kondisi keseluruhan menunjukkan tanda-tanda perlambatan ekonomi.
Situasi ini memperbesar peluang The Fed memangkas suku bunga pada pertemuan September 2025, faktor yang selama ini dikenal sebagai pendorong utama reli emas.
Meski tren naik masih dominan, Andy mengingatkan investor untuk berhati-hati. Indikator osilator menandakan emas sudah masuk ke area jenuh beli. Kondisi ini berpotensi memicu aksi ambil untung atau konsolidasi sebelum kenaikan berlanjut.
“Bagi trader yang sudah memegang posisi beli, kondisi masih menguntungkan. Namun, pelaku baru sebaiknya menunggu konfirmasi arah berikutnya,” ujarnya.
Fokus Pasar ke Data NFP
Pasar kini menanti rilis data penting, yaitu Nonfarm Payrolls (NFP) Agustus yang akan diumumkan Jumat mendatang. Sebelum itu, laporan klaim pengangguran mingguan dan ADP Employment Change akan menjadi acuan awal untuk membaca kondisi pasar tenaga kerja AS.
Jika data semakin menegaskan pelemahan, peluang penurunan suku bunga The Fed akan semakin besar, sehingga dapat memperkuat reli emas.
Pejabat The Fed Masih Terbelah
Sementara itu, sikap pejabat The Fed masih bervariasi.
- Neel Kashkari (Minneapolis) dan Raphael Bostic (Atlanta) menekankan pentingnya menjaga stabilitas harga, meski mengakui tanda-tanda pelemahan tenaga kerja.
- Bostic memperkirakan ada satu kali pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin tahun ini.
- Alberto Musalem (St. Louis) cenderung mempertahankan kebijakan ketat, sedangkan Christopher Waller justru mendukung pemangkasan pada September.
- Faktor Dolar dan Obligasi Ikut Menguatkan Emas
Selain itu, pelemahan dolar AS juga menjadi katalis positif bagi emas. Indeks Dolar (DXY) turun 0,20% ke level 98,11, sementara imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun melemah lebih dari lima basis poin ke 4,211%. Imbal hasil riil AS pun tercatat turun ke 1,803%.
Kombinasi faktor-faktor ini membuat emas semakin diminati sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.
Prospek Jangka Pendek
Secara keseluruhan, emas masih berada dalam tren bullish jangka pendek dengan target utama di $3.600 per troy ounce. Namun, peluang koreksi tetap terbuka, terutama jika aksi ambil untung meningkat.
Keputusan arah selanjutnya akan sangat ditentukan oleh data ketenagakerjaan AS, yang menjadi faktor kunci ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed.