Jakarta, landbank.co.id – Harga emas dunia mengalami pelemahan pada akhir perdagangan Rabu (24/9/2025) waktu New York atau Kamis (25/9/2025) pagi waktu Indonesia Barat (WIB).
Penurunan ini terjadi setelah logam mulia tersebut sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa sehari sebelumnya.
Berdasarkan pantauan landbank.co.id, harga emas di pasar spot turun sebesar 0,8 persen menjadi 3.734,58 dolar AS per ons. Sebelumnya, emas sempat menembus level tertinggi sepanjang sejarah di angka 3.790,82 dolar AS per ons.
Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman Desember ditutup melemah lebih dalam, yakni 1,2 persen ke level 3.768,1 dolar AS per ons.
Pelemahan harga emas ini dipicu oleh penguatan dolar AS serta kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, seiring sikap hati-hati investor menjelang rilis data ekonomi terbaru.
Data ini diyakini akan menjadi acuan penting bagi arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) ke depan.
“Investor tampaknya mulai mengambil posisi defensif, menanti kepastian dari data ekonomi AS yang akan segera dirilis. Ini membuat dolar menguat dan menekan harga emas,” ujar analis komoditas dari JP Market Research, James Caldwell, seperti dikutip dari Reuters Kamis, 25 September 2025.
Dolar AS dan Yield Obligasi Jadi Penekan Harga Emas
Kenaikan indeks dolar AS membuat emas, yang dihargai dalam dolar, menjadi lebih mahal bagi investor asing, sehingga menekan permintaan.
Di sisi lain, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga meningkat, menambah tekanan terhadap logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil.
Meski mengalami koreksi, harga emas masih berada di kisaran tinggi dalam sejarah perdagangan. Hal ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap inflasi global, ketidakpastian geopolitik, serta potensi perlambatan ekonomi.