Harga Emas Dunia Koreksi Usai Cetak Rekor, Analis Nilai Tren Bullish Masih Terjaga

Harga emas dunia terkoreksi usai mencetak rekor sepanjang masa. Analis memproyeksikan peluang kenaikan lanjutan di tengah tren bullish./Foto: Istockphoto.

Dari sisi fundamental, reli emas sepanjang 2025 tercatat sebagai salah satu yang terkuat dalam beberapa dekade terakhir. Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak lebih dari 70 persen, menempatkannya pada jalur performa tahunan terbaik sejak 1979.

Bacaan Lainnya

Kenaikan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik global, risiko perlambatan ekonomi, serta derasnya aliran dana institusional ke logam mulia.

Faktor lain yang menopang pergerakan emas adalah pelemahan dolar Amerika Serikat. Tekanan terhadap mata uang AS dipicu oleh kebijakan perdagangan proteksionis Presiden AS Donald Trump serta sikap kebijakan moneter Federal Reserve yang cenderung dovish. Sepanjang 2025, The Fed telah memangkas suku bunga acuan sebesar total 75 basis poin, dan pasar masih memproyeksikan dua kali pemangkasan tambahan pada tahun 2026.

Lingkungan suku bunga rendah tersebut meningkatkan daya tarik emas karena menurunkan biaya peluang kepemilikan aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Sementara itu, data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan sinyal yang beragam. Klaim pengangguran awal tercatat turun menjadi 214 ribu, lebih rendah dari ekspektasi pasar. Namun, klaim pengangguran berkelanjutan justru meningkat ke level 1,923 juta.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III-2025 tercatat solid di angka 4,3 persen, melampaui perkiraan sebelumnya.

Ke depan, Andy Nugraha memproyeksikan harga emas berpotensi bergerak dalam fase konsolidasi jangka pendek, seiring minimnya katalis baru dan meningkatnya kecenderungan profit taking menjelang pergantian tahun.

Meski demikian, prospek kenaikan jangka menengah hingga panjang dinilai masih terbuka lebar, dengan peluang berlanjutnya reli emas hingga 2026 selama ketidakpastian global dan kebijakan moneter longgar masih menjadi faktor utama pasar.

(*)

Pos terkait