Harga Emas Bertahan, Pasar Tunggu Data Inflasi AS di Tengah Sentimen Tarif Impor

Harga emas dunia bergerak mendatar pada perdagangan Senin (11/8) di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar global./Foto: Trading View.

Jakarta, landbank.co.id – Harga emas dunia bergerak mendatar pada perdagangan Senin (11/8) di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar global.

Sementara itu, di bursa Comex, kontrak berjangka emas sempat mencatat rekor baru di kisaran $3.534 per 100 troy ons menyusul kabar rencana Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif impor untuk emas batangan.

Bacaan Lainnya

Sentimen tersebut membuat fokus pelaku pasar beralih ke rilis data inflasi penting pekan ini.

Pada awal sesi perdagangan Asia, harga emas spot (XAU/USD) sempat terkoreksi ke level $3.390 seiring penguatan moderat Dolar AS. Tekanan ini membuat volatilitas meningkat di area psikologis $3.400.

Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai kekuatan teknikal emas mulai memudar. Berdasarkan pola candlestick dan pergerakan Moving Average, tren bullish pekan ini melemah dibandingkan pekan lalu.

“Level $3.400 menjadi rintangan terdekat yang harus ditembus agar reli berlanjut. Tanpa dukungan fundamental baru, reli berisiko terbatas. Jika tekanan jual kembali menguat, area $3.350 bisa menjadi penopang awal yang perlu diwaspadai,” kata Andy dikutip Senin, 11 Agustus 2025.

Dari sisi fundamental, emas masih mendapat dukungan dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September 2025.

Hal tersebut diperkuat oleh data tenaga kerja AS yang lemah, revisi turun data Mei–Juni, serta pernyataan Gubernur The Fed Michelle Bowman mengenai kerentanan pasar tenaga kerja dan potensi penurunan suku bunga lebih lanjut pada 2025.

Namun, penguatan Dolar AS dan kemungkinan kenaikan imbal hasil obligasi apabila inflasi tetap tinggi menjadi risiko yang membatasi penguatan harga emas.

Data resmi mencatat People’s Bank of China (PBoC) kembali menambah cadangan emas pada Juli, memperpanjang tren pembelian menjadi sembilan bulan berturut-turut.

Arus pembelian bank sentral tersebut menjadi faktor penopang harga di tengah ketidakpastian kebijakan moneter global dan sentimen tarif perdagangan.

Meski demikian, arah pergerakan jangka pendek emas akan sangat dipengaruhi oleh rilis data inflasi AS (CPI dan PPI). Hasil data tersebut akan menjadi indikator penting untuk melihat apakah The Fed lebih fokus pada pengendalian inflasi atau penciptaan lapangan kerja.

(*)

Pos terkait