Jakarta, landbank.co.id – Harga emas dunia (XAU/USD) kembali mencatatkan rekor tertinggi baru pada perdagangan Selasa (14/10), seiring meningkatnya ketegangan geopolitik dan ekspektasi kebijakan moneter longgar.
Berdasarkan data real-time yang dipantau landbank.co.id, dari perdagangan sesi Eropa pukul 16.17 WIB, harga emas melonjak hingga mencapai level US$4.179.
Pencapaian ini melanjutkan tren kenaikan yang telah terlihat sejak sesi perdagangan Amerika Utara pada Senin (13/10), di mana harga logam mulia tersebut berhasil menembus level psikologis US$4.100 dan terus bergerak naik hingga mendekati US$4.130 di awal sesi Asia, Selasa pagi.
Menurut Andy Nugraha, analis senior dari Dupoin Futures Indonesia, lonjakan harga emas kali ini dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Investor global cenderung mencari perlindungan pada aset aman seperti emas di tengah ketidakpastian yang tinggi,” jelas Andy dalam dalam keterangan resminya yang diterima landbank.co.id Selasa, 14 Oktober 2025.
Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengumumkan kebijakan agresif berupa tarif 100% terhadap seluruh barang impor dari Tiongkok, serta pembatasan ekspor perangkat lunak strategis buatan AS yang akan berlaku mulai 1 November 2025.
Meskipun Trump berusaha menenangkan pasar dengan pernyataan bahwa “semuanya akan baik-baik saja”, sentimen negatif tetap membayangi.
Secara teknikal, Andy menyebutkan bahwa sinyal dari grafik candlestick dan indikator Moving Average (MA)menunjukkan kekuatan tren naik (bullish) yang masih dominan pada pergerakan XAU/USD.
“Jika momentum ini berlanjut, bukan tidak mungkin harga emas akan menembus US$4.200 dalam waktu dekat. Namun, trader tetap perlu waspada terhadap potensi koreksi ke area US$4.071 sebagai support jangka pendek,” paparnya.
Selain ketegangan geopolitik, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) juga menjadi faktor utama yang memperkuat reli harga emas. Pasar kini memperkirakan adanya penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam rapat The Fed bulan Oktober, dengan kemungkinan pemangkasan lanjutan pada Desember.
Kondisi suku bunga rendah secara historis mendorong investor masuk ke aset non-yielding seperti emas karena biaya peluang menjadi lebih rendah.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun delapan basis poin ke 4,059%, sedangkan imbal hasil riil juga menurun ke 1,742%, semakin mendukung kenaikan harga emas.
Meski mencatat kenaikan lebih dari 56% sepanjang 2025, analis memperingatkan potensi terjadinya konsolidasi hargadalam jangka pendek.
Suki Cooper, Kepala Riset Komoditas Global di Standard Chartered Bank, menyatakan:
“Rally emas masih memiliki ruang untuk tumbuh, namun konsolidasi akan lebih sehat untuk menjaga tren naik tetap berkelanjutan.”
Beberapa lembaga keuangan ternama seperti Bank of America dan Societe Generale bahkan memperkirakan harga emas bisa menyentuh US$5.000 pada tahun 2026, sementara Standard Chartered menaikkan proyeksi rata-rata tahun depan menjadi US$4.488.
(*)