Jakarta, landbank.co.id – Setelah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di level US$4.057,91 per troy ons, harga emas dunia (XAU/USD) akhirnya tergelincir tajam pada perdagangan Jumat, 10 Oktober 2025.
Tekanan jual muncul seiring dengan penguatan dolar AS dan aksi ambil untung (profit taking) oleh investor pasca kabar gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Berdasarkan data perdagangan pukul 10.27 WIB, harga emas turun 1,8% atau 89 poin ke posisi US$3.968,93 per troy ons.
Pelemahan ini mengakhiri reli impresif emas yang sempat mencatatkan penguatan selama empat hari beruntun dan menembus level psikologis US$4.000.
Sebelumnya, pada Rabu, 8 Oktober 2025, logam mulia ini sempat melonjak hingga 4,7% selama empat sesi perdagangan, didorong oleh meningkatnya permintaan aset aman (safe haven) di tengah ketidakpastian geopolitik global.
Kendati demikian, sentimen tersebut mulai mereda setelah adanya sinyal positif dari kesepakatan damai di Timur Tengah.
“Investor cenderung melakukan profit taking setelah harga emas menyentuh level rekor. Selain itu, penguatan indeks dolar AS menekan harga komoditas berbasis dolar seperti emas,” ujar analis komoditas Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, dalam keterangannya resminya yang dilihat landbank.co.id, Jumat, 10 Oktober 2025.
Meski sempat terkoreksi, harga emas masih menunjukkan tren penguatan jangka menengah. Pada perdagangan awal Jumat pukul 06.32 WIB, harga emas tercatat menguat tipis 0,1% ke US$3.978,99 per troy ons, menandakan adanya potensi rebound terbatas menjelang akhir pekan.
Secara teknikal, area US$3.950 hingga US$3.970 kini menjadi zona support penting, sementara resistensi utama berada di kisaran US$4.000 hingga US$4.050 per troy ons.
Jika tekanan jual berlanjut, koreksi bisa berlanjut menuju area US$3.900, namun bila sentimen pasar kembali positif, harga berpotensi menembus ulang level psikologis US$4.000.
Kinerja emas sepanjang 2025 terbilang luar biasa dengan kenaikan lebih dari 50% sejak awal tahun, didorong oleh kebijakan moneter longgar The Federal Reserve, ketegangan geopolitik, serta meningkatnya permintaan investasi pada aset lindung nilai.
Di sisi lain, dalam jangka pendek, pelaku pasar masih akan menyoroti arah kebijakan suku bunga The Fed dan perkembangan situasi geopolitik global.
Emas diperkirakan tetap menjadi pilihan utama investor untuk diversifikasi portofolio di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.
(*)