Site icon Landbank.co.id

Data Tenaga Kerja Melemah, Harga Emas Dunia Berpeluang Tembus $3.900

Ilustrasi emas batangan./Foto: istockphoto.

Jakarta, landbank.co.id – Harga emas dunia (XAU/USD) kembali bergerak positif pada perdagangan sesi Asia, Rabu, 1 Oktober 2025.

Berdasarkan pantauan landbank.co.id, logam mulia ini naik sekitar 0,35% ke level $3.846 per troy ons.

Kenaikan emas tersebut menandai tren bullish yang masih terjaga, setelah pada perdagangan Selasa, 30 September 2025 malam waktu Amerika Serikat emas juga ditutup menguat.

Menurut analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, kenaikan harga emas kali ini tak lepas dari sentimen global yang dibayangi dua faktor utama: ancaman penutupan pemerintah AS (government shutdown) dan pelemahan data tenaga kerja.

Ia menyebutkan, kedua hal tersebut semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan kebijakan pemangkasan suku bunga.

Selain itu, Andy Nugraha menyampaikan, dari segi teknikal emas masih menunjukkan dominasi pembeli.

“Candlestick dan indikator Moving Average sama-sama mendukung arah bullish. Jika momentum berlanjut, emas punya peluang menembus level psikologis $3.900 dalam waktu dekat,” jelasnya dalam keterangan resminya dikutip Rabu, 1 Oktober 2025.

Dengan kombinasi analisis teknikal dan fundamental, prospek emas jangka pendek masih condong ke arah positif.

“Volatilitas tinggi kemungkinan akan muncul dalam beberapa hari ke depan, terutama menjelang rilis data ekonomi dan perkembangan politik AS,” tutur Andy.

Meski demikian, Andy juga menekankan adanya potensi koreksi jangka pendek.

“Area $3.837 kini menjadi support terdekat jika tekanan jual muncul,” pungkasnya.

Fundamental: Pasar Tenaga Kerja AS Kehilangan Momentum

Dari sisi fundamental, laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) terbaru menunjukkan perlambatan tenaga kerja. Lowongan kerja naik tipis ke 7,23 juta pada Agustus, tetapi tingkat perekrutan turun ke 3,2%, terendah sejak pertengahan 2024.

Meski angka PHK masih rendah, tren ini menguatkan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga lebih lanjut untuk menopang tenaga kerja. Data CME FedWatch Tool bahkan mencatat hampir 97% peluang pemangkasan suku bunga pada Oktober, dan 76% peluang tambahan pada Desember.

Ekspektasi pelonggaran moneter inilah yang menekan Dolar AS, sekaligus membuat emas lebih menarik di mata investor global, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil tetap.

Ketidakpastian juga datang dari kebuntuan politik di Washington. Konflik antara Partai Republik dan Demokrat dalam pembahasan anggaran meningkatkan risiko shutdown pemerintah federal.

Jika shutdown benar terjadi, publikasi data ekonomi utama seperti Nonfarm Payrolls (NFP) berpotensi ditangguhkan. Kondisi ini akan meningkatkan ketidakpastian pasar sekaligus memperbesar peran emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Di sisi pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun bertahan di kisaran 4,146%, dengan imbal hasil riil berada di 1,796%. Meski stabil, faktor geopolitik dan kebijakan fiskal membuat emas tetap unggul sebagai pilihan investasi defensif.

(*)

Exit mobile version