Dari Perang Dagang AS–China dan Suku Bunga The Fed Jadi Faktor Kenaikan Harga Emas Dunia

Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, mengungkapkan bahwa secara teknikal, tren emas masih sepenuhnya dikuasai pembeli (buyer)./Foto: Istockphoto.

Jakarta, landbank.co.id – Harga emas dunia kembali mencetak sejarah baru dengan menembus level tertinggi sepanjang masa di US$4.242 per troy ons.

Kenaikan tersebut memperpanjang reli penguatan logam mulia di tengah meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dan ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan pantauan landbank.co.id dari data perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025, pukul 10.17 WIB, harga emas XAU/USD berada di level US$4.242,08 per troy ons, naik 0,80% dari penutupan Rabu, 15 Oktober 2025 di level US$4.203 per troy ons.

Lonjakan harga emas ini melanjutkan tren reli sejak awal pekan, setelah pada Senin, 13 Oktober 2025, logam mulia tersebut berhasil menembus level psikologis US$4.100.

Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menjelaskan bahwa secara teknikal, tren emas masih sepenuhnya dikuasai pembeli (buyer) dalam perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025.

“Struktur candlestick dan indikator Moving Average memperlihatkan sinyal penguatan yang konsisten,” ungkap Andy dalam keterangan resmi yang diterima landbank.co.id, Kamis, 16 Oktober 2025 .

Menurut Andy, jika tren bullish berlanjut, emas berpotensi menguji level resistance di US$4.275, sementara US$4.177 menjadi batas bawah (support) yang penting dijaga agar tren kenaikan tetap valid.

“Volatilitas tinggi bisa memicu koreksi tajam kapan saja. Trader harus menjaga disiplin dan tidak terpancing euforia pasar,” tutur Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha.

Lebih lanjut Andy menyampaikan, secara fundamental, optimisme pasar masih berpusat pada ekspektasi bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga acuannya.

Ia mengungkapkan, bahwa dalam pidato terbaru Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan perlambatan signifikan dalam perekrutan tenaga kerja dapat menjadi risiko bagi ekonomi AS, sehingga membuka peluang penurunan suku bunga sebanyak dua kali tahun ini.

“Data LSEG menunjukkan probabilitas 98% pasar memperkirakan pemangkasan 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan Oktober, dengan potensi pemangkasan lanjutan pada Desember,” ujar Andy.

“Suku bunga rendah secara historis mendukung harga emas karena menekan imbal hasil dolar AS dan meningkatkan daya tarik aset non-yield seperti logam mulia,” kata Andy.

Selain faktor moneter, ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok kembali menjadi katalis kenaikan harga emas. Washington dan Beijing dikabarkan memberlakukan biaya pelabuhan tambahan terhadap kapal kargo antarnegara mulai 14 Oktober, yang dikhawatirkan akan menekan arus perdagangan global dan menambah ketidakpastian pasar.

“Setiap kali hubungan dagang AS–Tiongkok memanas, harga emas cenderung melonjak karena investor mencari perlindungan dari risiko makroekonomi. Kondisi saat ini memperkuat posisi emas sebagai instrumen hedge di tengah gejolak ekonomi dunia,” terang Andy.

Pos terkait