Jakarta, landbank.co.id– Pendapatan PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) atau Diamondland melonjak sekitar 41 persen pada Januari-Juni 2025 dibandingkan dengan periode yang sama 2024.
Mengutip laporan keuangan PT Diamond Citra Propertindo Tbk, emiten properti berkode saham DADA ini mengantongi pendapatan Rp5,39 miliar pada akhir Juni 2025.
Sebaliknya, pada paruh pertama 2024, pendapatan PT Diamond Citra Propertindo Tbk tercatat masih sekitar Rp3,81 miliar.
Pendapatan DADA yang terbesar datang dari proyek Apple Residence 3 yang pada enam bulan pertama 2025 tercatat sebesar Rp5,33 miliar.
Baca juga: PPN DTP Berhenti, Penjualan Rumah Jabodetabek Tertekan pada 2025
Proyek Apple Residences 3 menyumbang sekitar 99 persen terhadap total pendapatan DADA pada paruh pertama 2025.
Proyek itu membukukan peningkatan penjualan sekitar 58 persen bila disandingkan dengan paruh pertama 2024 yang masih sekitar Rp3,38 miliar.
Pendapatan lain DADA pada enam bulan pertama 2025 datang dari proyek Apple Residence 1, yakni sekitar Rp60,15 juta.
Pendapatan tersebut naik sekitar 20 persen bila dibandingkan dengan periode sama 2024 yang sebesar Rp50,00 juta.
Baca juga: Realisasi Investasi Properti Tumbuh 19 Persen, Sentuh Rp75 Triliun
Seiring melonjaknya pendapatan, laba bersih DADA pada akhir Juni 2025 terlihat melejit sekitar 207 persen bila disandingkan engan periode yang sama 2024.
Mengutip laporan keuangan Perseroan, laba bersih DADA pada semester pertama 2025 sebesar Rp212,01 juta, sedangkan pada periode sama 2024 masih sekitar Rp69,15 juta.
Strategi DADA
Mengutip materi paparan publik Perseroan tahun 2025, proyek DADA mencakup Dave Apartment, Depok yang dipasarkan sejak 2015 dengan kapasitas 902 unit apartemen.
Lalu, Apple 1 Condovilla, Jakarta Selatan, yakni low rise apartment berkapasitas 300 unit yang mulai dipasarkan sejak 2017.
Kemudian, Apple 3 Condovilla, Jakarta Selatan sebanyak 530 unit. Proyek low rise apartment ini dipasarkan sejak tahun 2020.
Selain itu, Plasa Convil di Jakarta Selatan yang berkapasitas 12 unit. Area commercial besutan DADA itu dipasarkan sejak tahun 2024.
Sementara itu, DADA memiliki sejumlah kebijakan strategi dalam mengarungi bisnis properti. Pertama, Perseroan mempunyai strategi terhadap pangsa pasar yang lebih mengarah ke segmentasi pasar kelompok menengah,
dan Perseroan mengambil peran sebagai inovator konsep proyek yang berbeda dengan harga yang terjangkau
sehingga dapat lebih diterima oleh masyarakat karena menyesuaikan kebutuhan pasar.
Kedua, mempertahankan aktivitas promosi dan periklanan demi menjaga level dari brand awareness Perseroan di tengah masyarakat dengan berbagai platform digital dan offline.
Baca juga: Pasar Kondominium Masih Hati-hati
“Ketiga, Perseroan tetap konsisten dan berkomitmen melakukan aktivitas penyelesaian proyeknya,” urai manajemen DADA.
Keempat, eksplorasi peluang pasar melalui skema kerja sama dengan pihak kedua baik lokal maupun foreign investment.
Menurut Bayu Setiawan, direktur DADA, Perseroan senantiasa terbuka terhadap peluang kerja sama strategis dan/atau investasi yang dapat memperkuat kinerja usaha serta memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
Dia menerangkan, saat ini, Perseroan memang sedang melakukan komunikasi dengan calon investor asing yang memiliki reputasi baik di tingkat internasional.
“Proses pembahasan berjalan konstruktif, namun masih berada pada tahap penjajakan (preliminary) dan belum menghasilkan perjanjian yang bersifat mengikat,” jelas Bayu Setiawan dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia, baru-baru ini.
Sementara itu, jumlah aset DADA pada akhir Juni 2025 tercatat sebesar Rp639,95 miliar, sedangkan pada akhir Desember 2024 senilai Rp643,38 miliar.
Baca juga: Pendapatan Diamond Citra Propertindo Melonjak 57 Persen
Liabilitas DADA turun dari Rp291,21 miliar pada akhir 2024 menjadi Rp287,56 miliar pada paruh pertama 2025.
Sebaliknya, ekuitas DADA naik menjadi Rp352,38 miliar pada akhir Juni 2025 dibandingkan dengan akhir 2024 yang sekitar Rp352,16 miliar.
Pemegang saham DADA pada akhir Juni 2025 terdiri atas PT Karya Permata Inovasi Indonesia sebesar 67,21 persen, Tjandra Tjokrodiponto 0,47 persen, dan masyarakat 32,32 persen.
(*)