Junaidi Abdillah menegaskan, angsuran KPR yang dibayarkan pemerintah itu pembiayaannya mirip program KPR berskema subsidi selisih bunga (SSB).
“Program ini lebih efesiensi dan efektif berpotensi meringankan fiskal negara,” tukas dia.
Kalangan perbankan, tambahnya, juga harus melihat hal ini sebagai lex specialist karena situasinya dipicu oleh bencana alam.
“KPR Bencana juga akan melibatkan tenaga kerja lokal ketika proses pembangunan rumah, sehingga mendorong perputaran ekonomi setempat mengingat bahan baku rumah didatangkan dari daerah setempat,” papar Junaidi.
Baca juga: Apersi: Punya Rumah, Martabat Meningka
Menurut Junaidi, keterlibatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga sangat terbuka.
“Sehingga efek berganda (multipler effect) dari Pembangunan rumah akan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi di daerah yang terkena bencana,” ungkapnya.
Sementara itu, Apersi menyalurkan bantuan bagi para korban bencana banjir di Sumatera pada 3 Desember 2025.
“Kami menyalurkan donasi senilai Rp200 juta bagi korban bencana dalam bentuk makanan dan pakaian di lokasi bencana,” tutur Junaidi.
Baca juga: Apersi Jaga Komitmen Membangun Rumah Rakyat, Bangun 219 Ribu Rumah Subsidi
Mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per 18 Desember 2025, bencana banjir dan longsor di Sumatera menelan korban meninggal dunia sebanyak 1.068 jiwa, sedangkan yang luka-luka mencapai 7 ribu orang. Belum lagi, 190 orang masih dinyatakan hilang.
Banjir longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025 juga menyebabkan 147.236 rumah rusak.
Lalu, merusak 1.600 fasilitas umum, 219 fasilitas kesehatan, 967 fasilitas pendidikan, 434 rumah ibadah, 290 gedung/kantor, serta merusak 145 jembatan.
(*)





