Site icon Landbank.co.id

Analis: Harga Emas Bisa Sentuh US$4.750, Tapi Waspadai Koreksi

Sentimen positif ini menjadikan logam mulia kembali diburu investor global di tengah bayang-bayang ketidakpastian ekonomi dunia dan tensi geopolitik yang kian tinggi./Foto: Istockphoto.

Jakarta, landbank.co.id – Harga emas (XAU/USD) kembali melanjutkan reli tajam di awal pekan ini, memperkuat dominasinya sebagai aset safe haven di tengah meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) dan pelemahan dolar AS.

Meski tren penguatan masih kokoh, sejumlah analis memperingatkan potensi koreksi teknikal bisa terjadi sewaktu-waktu apabila arah kebijakan moneter The Fed berbalik arah.

Menurut Andy Nugraha, Analis Dupoin Futures Indonesia, tren emas global saat ini masih berada dalam jalur bullish yang solid.

“Selama tekanan beli tetap dominan, harga emas berpeluang menembus area US$4.750 per troy ons dalam waktu dekat,” ujar Andy dalam keterangan resminya kepada landbank.co.id, Senin (20/10/2025).

Namun, ia juga mengingatkan risiko pembalikan arah tetap terbuka apabila momentum penguatan gagal dipertahankan.

“Jika harga emas turun menembus level kunci di US$3.800, peluang koreksi menuju US$3.628 kembali terbuka minggu depan,” tambahnya.

Secara teknikal, pergerakan harga emas masih menunjukkan pola higher high dan higher low, menandakan tren naik jangka menengah tetap dominan. Indikator Moving Average (MA) juga memperlihatkan sinyal beli yang konsisten.

Selama harga mampu bertahan di atas area support US$3.950–US$3.800, potensi penguatan masih terbuka menuju target terdekat di kisaran US$4.700–US$4.750. Namun, apabila tekanan jual meningkat, area tersebut berpotensi menjadi titik pantulan (rebound zone) sebelum tren naik kembali berlanjut.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed menjadi faktor utama yang menopang reli emas. Pasar menilai bank sentral AS semakin dekat dengan langkah pelonggaran kebijakan moneter setelah sejumlah data menunjukkan tanda perlambatan ekonomi.

“Suku bunga rendah secara historis mendukung harga emas karena menekan imbal hasil dolar AS dan meningkatkan daya tarik aset non-yield seperti logam mulia,” jelas Andy.

Namun, ia menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap kemungkinan perubahan sikap The Fed.

“Jika inflasi kembali meningkat atau pasar tenaga kerja tetap kuat, The Fed bisa menunda pemangkasan suku bunga. Hal itu akan memberikan tekanan jangka pendek pada harga emas,” ungkapnya.

(*)

Exit mobile version